INOVASI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH

Artikel

Oleh: M. Arief Hidayatulloh

Sudah lama kita memimpikan agar bagaimana Madin memperoleh perlakukan yang sama dengan lembaga pendidikan lain. Karena apa? Karena pendidikan Islam memiliki paradigma pendidikan sepanjang hayat, dari rahim sampai liang lahat. Ini yang menyebabkan susahnya pendidikan Islam diterima, karena pendidikan di dalam kandungan kan tidak bisa diurus oleh negara, termasuk juga pendidikan di liang lahat, juga bukan tanggungjawab negara karena tidak memiliki sistem. Ini anggapan dari Dinas Pendidikan, namun era sekarang sudah mulai bergeser sedikit demi sedikit dan semua masyarakat sudah mengakui paradigma pendidikan Islam. Hanya satu yang belum diakui; pendidikan untuk liang lahat yakni belajar tahlilan, siapa yang membiayai? Negara?

Fenomena yang lain lagi, sekarang banyak orang Islam yang besekolah di sekolah non Islam, termasuk universitas-universitas, apa mereka diajarkan agama Islam? Tidak. Padahal itu hak mereka untuk diajarkan agama Islam, anehnya mereka tidak diajarkan agama Islam bukan karena sekolahnya, tetapi anaknya tidak mau diajari agama Islam. Loh aneh toh? Ya. Ini problem umat Islam, tanggung jawab saudara-saudara, dan kita semua untuk membina moral anak-anak Muslim. Jadi kalau dipikir-pikir, banyak sekolah Kristen, Katholik itu disumbang oleh umat Islam sendiri, karena mereka membayarnya ke Sekolah Kristen. Agar tidak terus-terusan seperti ini, pendidikan Islam juga harus berbenah diri membangun sistem pendidikan yang bagus, terlebih lagi penguatan pada sumber daya manusia atau sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan (sumber daya ustadz atau ustadzah).

Inovasi Madin : Perlukah?

Murid atau santri di madrasah diniyah apabila kita amati lebih dekat, rata-rata dari mereka berasal dari kawasan pedesaan, disamping memang madrasah diniyah banyak tumbuh di pedesaan. Dari sisi tenaga pendidiknya (ustadz), rata-rata mereka adalah para kiai muda, atau setidaknya calon kiai, anak ataupun menantu kiai, atau kalau bukan kiai pastilah seorang ‘alim yang pernah nyantri. Hal ini dapat dilihat dari kepiawaiannya menyampaikan materi, khususnya ilmu-ilmu keagamaan dengan gaya atau model yang khas pesantren pula, dimana pernah mereka alami dulu semasa masih menempuh pendidikan di pesantren, bahkan hingga sekarang masih ada yang secara leterlijk menerapkan metode “kuno” tersebut, meskipun tidak bias dikatakan ketinggalan zaman.

Jika Madrasah Diniyah dibandingkan dengan lembaga pendidikan non formal sejenis, Nampak banyak sekali perbedaan yang muncul. Madrasah Diniyah mempunyai kekhasan tersendiri dengan mata pelajarannya yang luas hingga setara dengan kelas 6 (enam) Sekolah Dasar (SD/MI) dan SMP/MTs. Berbeda dengan Taman Pendidikan al-Qur’an atau TPQ, yang hanya terbatas sampai (rata-rata) usia kelas 3 (tiga) SD/MI. Setelah itu alumninya tidak ada yang melanjutkan secara berjenjang, berbeda dengan madrasah diniyah yang masih menyediakan tempat lanjutan.

Namun fenomena yang sekarang yang ada adalah, masyarakat lebih menyukai menyekolahkan anaknya untuk dididik dengan ilmu-ilmu agama di TPQ, bukan di Madrasah DIniyah, terlepas dari alasan tidak adanya Madrasah Diniyah disekitar tempat tinggalnya. Rumor yang sering muncul antara lain; SPP-nya murah, sekolahnya tidak lama, cukup setelah Sholat Ashar hingga jam 5 (lima), ustadz/ustadzahnya masih banyak yang muda-muda, sehingga cepat “gaul”, dan banyak permainannya. Belum lagi kecenderungan honorarium di madrasah diniyah yang lebih kecil disbanding dengan di TPQ, juga pemberian bantuan (insentif) dari kementerian agama, pemerintah kabupaten/kota yang sering berbeda nominalnya hingga menjadikan kecemburuan tersendiri.

Pernak-pernik di atas menurut penulis memaksa kepada madrasah diniyah untuk melakukan inovasi diri, berubah (secara evolusi ataupun revolusi), memperbaiki diri sehingga menjadi branded (bermerk) dan marketable (layak jual). Inovasi tidak hanya pada fisiknya saja, tapi secara keseluruhan, hardware hingga software. Dari sisi hardware, setidaknya berusaha sama dengan fisik madrasah atau sekolah lain, bukan lebih jelek. Syukur-syukur dapat menciptakan cirri khas fisik sendiri sehingga mudah diingat dan berkharisma. Dari sisi software, mungkin akan membutuhkan banyak pembahasan mendetail karena aspek ini sangat luas, seperti; kurikulum, proses, pembiayaan, sarana-prasarana, input pendidik/tenaga kependidikan, kompetensi lulusan, standar penilaian, dan pengelolaannya itu sendiri.

Perubahan Menyeluruh

Perubahan suatu sistem berpengaruh pada cara pengelolaannya, demikian halnya perubahan sistem pendidikan diniyah akan berpengaruh pada pengelolaan madrasah diniyah yang akan dipilih. Berangkat dari realitas madrasah diniyah yang ada di Jawa Tengah sampai saat ini berada pada posisi pilihan kedua, yaitu pendidikan madarasah yang non formal (takmiliyah), maka fokus pengelolaan madrasah ini lebih pada mempertahankan eksistensi pendidikan madrasah sebagai benteng pendidikan Islam dengan prinsip almuhafadzitu ’ala al-qadimi al-shalih, wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.

Prinsip pengelolaan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, dimaknai sebagi usaha tetap mempertahankan nilai-nilai dasar perjuangan izz al-Islam wa al-Muslimin dengan peningkatan mutu pendidikan agama Islam melalui madrasah diniyah, seperti  sifat ikhlas tanpa pamrih, mengajar adalah ibadah, belajar adalah kewajiban, serta sikap satria (menerima apa adanya=qana’ah), dan lain-lain.

Namun demikian, madrasah tetap mampu beradaptasi terhadap perubahan sistem yang ada sesuai perkembangan zaman, seperti peningkatan administrasi pembelajaran, teknologi pengajaran, metodologi pembelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan kualitas pendidikan agama Islam di madrasah.

Secara rinci pengelolaan madrasah diniyah non formal (takmiliyah) ini, meliputi;

Pertama; optimalisasi sumber daya manusia secara profesional dan proporsional. Hal ini dimulai dari pembagian job yang jelas antara tugas muassasah, rois madrasah, dan ustadz. Setelah itu masing-masing person/individu ditingkatkan pengetahuannya mengenai wawasan kependidikan, kepemimpinan, komunikasi, dan tetap mempertahankan semangat jihad (perjuangannya).

Kedua; pembenahan adminitrasi pembelajaran, kurikulum pendidikan, dan evaluasi pembelajarannya. Hal ini menjadi sangat penting sebab, apapun situasinya pendidikan madrasah harus dikembangkan menjadi model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan teknologi. Meskipun demikian substansi dari kurikulum pembelajaran di madrasah tetap dipertahankan. Sehingga pembenahan adminitrasi dan kurikulum lebih mengarah pada profesionalisme pendidikan yang dampaknya; peserta didik menjadi senang dalam belajar.

Ketiga; pembenahan metodologi dan teknologi pembalajaran. Hal ini dimulai dari kemauan para ustadz untuk sadar terhadap kemajuan zaman dan tuntutan belajar peserta didik yang tidak membosankan. Kemudian ditingkatkan pada ketrampilan menggunakan metode pembelajaran yang variatif serta teknologi pembelajaran yang mendukung. Misalnya menggunakan projector (LCD), laptop, pemutaran film sejarah Islam, praktek ibadah, dan alat-alat bantu lain yang mendukung anak dalam belajar.

Keempat; pembenahan dan penggalian sumber dana pendidikan yang halal dan tidak mengikat. Hal ini sangat penting dilakukan, sebab se-ikhlas apapaun perjuangan seseorang, bisyaroh yang pantas untuk para ustadz juga sangat dperlukan. Untuk mendapatkan sumber dana yang baik, harus dimulai dari cara penyajian mutu pendidikan pada peserta didik yang sedapat mungkin menjadi dambaan orang tua peserta didik juga para pengambil kebijakan di pemerintah daerah.

Apabila orang tua dan pejabat daerah merasa penting dengan keberadaan pendidikan madrasah ini, niscaya syahriyah orang tua peserta didik atau bantuan dari pemerintah akan lebih mudah didapatkan, daripada kita menyajikan pendidikan yang tidak bermutu dan menghabiskan waktu, tenaga, serta pikiran.

Bagikan Tulisan

2 thoughts on “INOVASI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH

  1. saatnya madin mengangkat martabatnya, sebagai lembaga pendidikan yg fokus kepada pembentukan karakter anak bangsa yg berakhlakul karimah.

Tinggalkan Balasan ke M N Fadli Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *